SISTEM EPHYMERIS HISAB RU’YAH
PENDAHULUAN
Penentuan
awal bulan hijriah, khususnya awal bulan : Romadlon, Syawal dan Dzul Hijjah
merupakan hal yang menarik perhatian semua orang, terutama kalau diprediksikan
akan terjadi perbedaan penentuannya. Seperti kasus penentuan awal syawal yang
terjadi di Indonesia pada tahun 1992,
1993, 1994, 1998, 2002 dan 2006 M. Kalau kita perhatikan banyak hal yang
mempengaruhi perbedaan penetapannya, antara lain perbedaan sistem hisab yang di pakai
acuannya, disamping berbeda dasar yang di pakai untuk menetapkannya, yakni
antara hisab dan ru’yah.
Ada sekitar 30 buku
hisab awal bulan hijriah yang berkembang
di indonesia,
diantaranya adalah hisab kontemporer awal bulan sistim EPHYMESIS HISAB DAN
RU’YAH yang akan di bicarakan pada
makalah ini. Sistim ini diterbitkan setiap tahun oleh : Departemen Agama
RI.
ISTILAH – ISTILAH
1. SAAT IJTIMA’
Disebut
juga bulan baru (New Moon) adalah peristiwa segaris/sebidangnya pusat Bulan dan
pusat Matahari dari pusat Bumi. Dalam astronomi pada saat demikian Bulan dan
Matahari memiliki bujur ekliptika atau bujur astronomi yang sama. Posisi
demikian ditandai fraksi iluminasi cahaya hilal terhadap cahaya bulan minimum.
Pada saat posisi istimewa, yakni bumi, bulan dan matahari segaris ditandai
berlangsungnya gerhana matahari di permukaan bumi. Tidak setiap ijtima’
berlangsung gerhana matahari, karena bidang orbit bulan miring sekitar 5,2
derajat busur terhadap bidang ekliptika (bidang orbit bumi mengedari matahari).
Selain itu garis perpotongan kedua bidang orbit tersebut bergerak.
Ijtima’
berlangsung pada saat yang bersamaan di seluruh permukaan bumi. Walaupun
seringkali dinyatakan dalam waktu lokal atau waktu setempat. Adanya perbedaan
waktu lokal di berbagai tempat di muka bumi terjadi akibat perbedaan ketinggian
matahari dari pengamat saat berlangsungnya ijtima’. ijtima’ disebut juga dengan
konjungsi, Ijtima’ bisa terjadi pada siang hari maupun malam hari.
2. BUJUR ( طول البلد )
Kita ambil bola, langit ban bumi kita anggap sebagai
bola. Bola itu kita ikat dengan tali melalui kutub utara dan kutub selatan
bola, tali itulah yang di namakan bujur bola. Apabila bola itu kita perbesar
seperti bumi, maka tali itu adalah bujur bumi, dan kalau kita perbesar lagi
seperti langit, maka tali itu adalah bujur langit. Setiap tali atau garis yang
melalui kutub utara sekaligus melalui kutub selatan merupakan garis bujur.
Bujur tempat adalah : jarak suatu tempat, sampai ke garis
yang melalui kota Greenwich dekat London ( bujur 0º ), sebelah barat kota
Greenwich sampai 180º disebut bujur barat, disebelah timurnya sampai 180º di
sebut bujur timur.
3. LINTANG TEMPAT
(عرض البـــلد)
Lintang
tempat adalah: jarak dari katulistiwa sampai ke suatu tempat di muka bumi,
diukur sepanjang garis bujur. Katulistiwa adalah lintang 0º. kutub
utara lintang + 90º, dan kutub selatan lintang - 90º. Data lintang tempat dan
bujur tempat dapat diperoleh dari Almanak, atlas, atau referensi lain yang
dapat di percaya. Juga bisa di peroleh dengan memakai alat Global Position
Sistim ( GPS ).
4.
EKLIPTIKA
Ekliptika dapat di artikan dengan Lingkaran Zodiak, dalam
bahasa arabnya di namakan ( مَنْطِقَة البروج ) yaitu tempat
beredarnya bumi mengelilingi matahari, dalam waktu setahun yang di namakan
Refolusi Bumi. Arah refolusi bumi ini berlawanan dengan arah jarum jam.
Ekliptika ini memotong lingkaran ekuator membentuk sudut 66.5º,
5.
EQUATOR ( KHATULISTIWA )
Lingkaran raksasa yang membelah bola dunia menjadi dua
bagian yang sama, yaitu belahan utara dan belahan selatan. Lingkaran tersebut
dinamakan Khatulistiwa Bumi, yang dalam bahasa arab di sebut ( خط الاستوء). Apabila lingkaran itu membelah
langit di sebut Khatulistiwa langit ( Equator ), dalam bahasa arab disebut ( معدل النهار )
6.
ECLIPTIC LONGITUDE ( EL )
( EL ) Dikenal
dalam bahasa indonesia sebagai Bujur Astronomis, yang dalam bahasa arab disebut
( الطول
/ التقويم
). yaitu jarak titik pusat benda langit dari titik Vernal equinok ( titik Aries /الحمــــــل ), Di ukur sepanjang lingkaran
Ekliptika. Kalau benda langit itu matahari di sebut Ecliptic longitude matahari
( ELM ), yang dalam bahasa Indonesia di sebut bujur astromomi matahari dan
dalam bahasa arab di sebut (طول الشمس), dan jika benda langit tersebut Bulan maka di sebut Apparent Longitude bulan,
yang di kenal sebagai Bujur Astronomis Bulan, dan dalam bahasa arab di sebut (تقويــــم / طول القمـــر)
7.
ASENSIAREKTA
Juga di kenal dengan istilah Apparent Riht Ascensio atau
Panjatan Tegak, yang dalam bahasa
arab ( الصعودالمستقيــــم /
المطالع البلاديه
). Ini adalah jarak titik pusat benda langit dari titik Vernal equinok ( titik Aries / الحمـــل ), Di ukur sepanjang lingkaran
Equator. Kalau benda langit itu matahari di sebut Asensiarekta Matahari, jika
benda langit tersebut Bulan maka di
sebut Asensiarekta Bulan.
8.
DEKLINASI
Jarak titik pusat benda langit, sampai dengan Equator
langit, di ukur sepanjang lingkaran waktu, dinamakan Deklinasi. Jika benda
langit itu matahari dinamakan Deklinasi matahari ( ميل
الشمس / ميل الاول ). Dan
kalau benda langit itu Bulan dinamakan Deklinasi bulan (ميل القمر). Deklinasi
sebelah utara Equator bernilai positif (+), deklinasi sebelah selatan Equator
bernilai negatif (-).
9.
APPARENT LATITUDE
Jarak titik pusat benda langit dari lingkaran ekliptika.
jika benda langit itu bulan dinamakan apparent latitude bulan عرض القمر ) (, nilai
maksimumnya 5º 8º.nilai positif berarti bulan di utara ekliptika dan nilai
negatif berarti bulan di selatan ekliptika.
10.
SUDUT WAKTU
Yaitu sudut yang di bentuk oleh lingkaran deklinasi
dengan lingkaran meredian yang melewati suatu benda langit , atau bisa juga
diartikan jarak benda langit dari titik kulminasi, diukur sepanjang lintasan
hariannya. Apabila benda langit berada dibelahan barat, bernilai positif. Jika
berada di belahan timur bernilai negatif. Sudut waktu di sebut juga Hour angle,
dalam bahasa arab di sebut (
فضل الدائر ).
11.
SEMI DIAMETER ( Sd )
Kita buat lingkaran, kita ukur titik pusatnya hingga ke
tepi lingkaran, hasil pengukuran itu di sebut semi diameter atau jari – jari
lingkaran. Kalau lingkaran itu matahari di sebut semi diameter matahari atau ( نصف القطرالشمس ), Kalau lingkaran itu bulan di sebut semi diameter bulan atau (نصف القطرالقمر),
12.
REFRAKSI
( Ref )
Pembiasan sinar atau refraction (دقا ئق الاختلاف),yaitu perbedaan tinggi benda
langit yang terlihat dengan tinggi sebenarnya, akibat adanya pembiasan sinar.
Pembiasan itu terjadi karena sinar yang sampai ke mata kita melalui lapisan
atmosfir yang berbeda – beda tingkat kerenggangan udaranya. Sehingga posisi
setiap benda langit itu lebih tinggi dari yang sebenarnya. Benda langit yang
menempati titik zenit / titik atas nilai refraksinya nol, sedangkan pada saat
piringan atas benda langit itu bersinggungan dengan ufuk / kaki langit, maka
nilai refraksinya 34.5 menit busur.
13.
KETINGGIAN ( H )
Jikalau kita mengukur titik pusat suatu benda langit
sepanjang lingkaran fertikal sampai ke kaki langit, maka dinamakan ketinggian.
Dalam bahasa arab disebut (الارتفـــاع). Ketinggian benda langit akan di beri tanda positif
apabila di atas ufuk,dan negatif apabila di bawah ufuk.
14.
IRTIFA’UL HILAL MAR’I ( M )
Adalah ketinggian hilal yang dapat di lihat, yaitu
ketinggian hakiki yang telah di koreksi dengan refracsi, semi diameter,
horisontal parallak dan kerendahan ufuk.
a.
Semi diameter bulan rata – ratanya 0º 16º
Dalam
hal ini terjadi perselisihan di antar
para ahli hisab. Apakah Semi diameter bulan untuk di tambahkan atau untuk
mengurangi tinggi hilal hakiki. Menurut ahli hisab yang berpendapat semi
diameter bulan di tambahkan beralasan: piringan hilal yang terakhir tenggelam
adalah bagian atas, karena terjadinya beda azimut, sehingga semi diameter bulan
di tambahkan. sedangkan para ahli yang berpendapat semidiameter bulan untuk
mengurangi beralasan : Masuknya awal bulan hijriah itu jika hilal sudah nampak
di atas ufuk, setelah matahari terbenam pasca ijtima’.penampakan hilal itu
pasti piringan yang bagian bawah. Karena bagian itulah yang disinari matahari
dan tampak dari bumi, maka semi diameter bulan untuk mengurangi. Sebenarnya
perbedaan ini tidak usah terjadi, kalau kita bisa memahami hal dibawah ini.
Hilal
itu tergantung pada titik pusatnya terhadap titik pusat matahari. Semakin besar
beda azimut kedua benda langit itu ,
maka semakin miring kedudukan hilal terhadap ufuk, sehingga semi diameter bulan
di tambahkan. kalau beda azimut keduanya kecil, maka piringan hilal yang kelihatan
adalah yang bagian bawah, sehingga semidiameter bulan untuk mengurangiLihat gambar B1 B2
MATAHARI
Pada gambar di atas dapat disimpulkan bahwa
titik pusat Bulan di kurangi sebesar semi diameter bulan cos a, a adalah beda
azimut. Atau sebaliknya, titik pusat bulan di tambah semi
diameter bulan sin a, a adalah beda azimut.
b.
Parallak ( Par ) / beda lihat untuk
mengurangi
Rumusnya :
((semi diameter bulan / .2725 ) cos irtifa’ul hilal hakiki )
c. Refracsi untuk ditambahkan
Rumusnya
: ( .0167 / tan ( tinggi hilal hakiki setelah di koreksi par dan Sd + 7.31 / ( tinggi
hilal hakiki setelah di koreksi par dan Sd + 4.4 )))
d. Kerendahan
ufuk di tambahkan
Rumusnya:
.0293 √ ketinggian tempat di atas permukaan air laut dalam satuan meter.
15.AZIMUT ( A )
Arah
benda langit, atau dapat diartikan dengan besarnya suatu sudut yang mengapit
titik barat. Bila benda langit berada di utara titik barat bernilai positif dan
Bila benda langit berada di selatan titik barat bernilai negatif.
SISTIM EPHYMERIS HISAB RU’YAH
OLEH : ALI MUSTOFA
AL – MAISANI
( 085 645 274 534 )
MARKAZ = KEDIRI
P = - 7 º 49 ’ LS.
V = 112 º 00 ’ BT TT = 80 meter
1. Ijtima’ AWAL BULAN SYAWAL 1432 H
FIB
Terkecil = 0.00180
Pada Tanggal = 29 Agustus 2011 M Jam
= 03 GMT
JAM
FIB ☪ GMT ELM O ALB ☪
A =
03 GMT 155 º 27 ’ 16 ” 155 º 24 ’ 13 ”
B =
04 GMT 155 º 29 ’ 41 ” 156 º 01 ’ 21 ”
Sabak
/ Selisih 0 º
02 ’ 25 ”
0 0 º 37 ’ 08 ”
IJTIMA’
= JAM FIB + ( ELM – ALB ) / ( SB – SM ) +
TIME ZON EXE SHIFT º ’ ”
IJTIMA’
= 03 + ( 155 º 27 ’ 16 ” – 155 º 24 ’ 13 ” ) /
( 0 º 37 ’ 08 ” – 0 º
02 ’ 25 ” ) + 7 EXE SHIFT º ’
”
= 10 º 05 ’
16.27 ”
2. Mencari Tinggi,
Sudut Waktu dan saat Terbenam Matahari Tanggal 29 Agustus 2011
d O
Jam 11.00 GMT = 9 º 23 ’ 33 ” Sd
O = 0 º 15 ’ 50.12 ”
e
O Jam 11.00 GMT = - 0 º 01 ’ 03 ” Refracsi
= 0 º 34.5 Dip = 1.76 √ 80m / 60 EXE SHIFT º
’ ”
= 0 º
15 ’44.52 ”
hº = 0 – SD O – Refr – Dip EXE SHIFT º
’ ”
h º = 0 -
0 º 15 ’ 50.12 ” – 0 º 34.5 ’ – 0
º 15 ’ 44.52 ” EXE SHIFT º ’ =
- 1 º 6 ’
04.64 ”
t º = SHIFT cos ( - tan P tan d O + sin h /
cos P / cos d O )
EXE SHIFT º ’
”
tº =
SHIFT cos ( - tan - 7 º 49 ’ tan 9 º 23
’ 33 ” + sin - 1 º 6 ’ 04.64 ” / cos - 7 º 49 ’
/ cos 9 º 23' 33 ” ) EXE SHIFT
º ’ ”
= 89 º 49 ’ 32.09 ”
Gh O = 12 – e + ( 105 + t O – V ) / 15 EXE
SHIFT º
’ ”
Gh
O = 12 –
- 0 º 1 ’ 3 ” + ( 105 + 89 º 49 ’ 32.09 ”– 112 ) / 15 EXE SHIFT º
’ ”
= 17 º 32 ’ 21.14 ”
= 17 º 32 ’ 21.14 ”
3. Mencari Asensiorekta Matahari dan Bulan,
Deklinasi, Sudut Waktu Bulan, serta Tinggi Hakiki Bulan
Gh O
GMT AR O AR ☪ d ☪
A = 10.00 157 º 31 ’ 52 ” 159 º 26 ’ 04 ” 3 º 20 ’33”
A = 10.00 157 º 31 ’ 52 ” 159 º 26 ’ 04 ” 3 º 20 ’33”
B = 11.00 157 º 34 ’ 09 ” 160 º 00 ’20 ” 3 º
06 ’06”
C = Kasrul m 0 º 32 ’ 21.14” 0º
32’21.14” 0º32’21.14
A– ( A– B ) C 157
º 33 ’5.87 159 º 44 ’32.61
3 º 12 ’ 45.51
t☪
= AR O – AR ☪ + t O EXE SHIFT º
’ ”
t☪ = 157 º 33 ’5.87 ” – 159 º 44
’ 32.61 ” + 89 º 49 ’ 32.09 ”
EXE SHIFT º ’ ” 8 = 87 º 38 ’ 05.35 ”
h☪ = SHIFT
sin ( sin P sin d ☪ + cos P cos d ☪ cos t ☪) EXE SHIFT º ’
”
h☪ =
SHIFT sin ( sin - 7 º 49 ’ sin 3 º 12 ’45.51 ” + cos - 7 º 49 ’ cos 3 º 12 ’ 4
5 45.51 ” cos 87 º 38 ’ 05.35 ”) EXE
SHIFT º
’ ”
= 01 º 54 ’ 09.02 ”
4. Mencari Tinggi Hilal Mar’i, Mukuts, dan saat
Hilal terbenam
= 1 54 ‘
09.02 “ Parallak= cos h☪ x Hp ( Jam 10.00 GMT ) = 1 º 00 ’ 30.00
” - paralak = cos 1 º 54 ’ 09.02 ”x 1 º 00 ’ 32 ”
= 0 53
’ 39.00
=
0 º 16 ’ 29.60 “+ Sd☪ = Jam 10 GMT
M = 1 º 10 ’ 08.62 ” Refracsi
= U = 01º 09’ F = 0 º 20.9’
Ref = 0 º 20 ’ 48.51 ” + H = 01 º 14’ T = 0 º20.5’
=
1 30
57.13 REF = F - ( F – T ) x ( M – U ) / ( H –
U )
= 0 º 15 ’ 44.52 ” + Dip = 1.76 √ 80m / 60 EXE SHIFT º ’”
h☪’ = 1 º 46 ’ 41.65 ”
Mukuts = h☪’
/ 15 EXE SHIFT º ’
”
=
01º 46’ 41.65” / 15 EXE
SHIFT º
’ ”
=
00 º07 ’ 06.78
’’
5. Mencari Azimut Matahari ( O ) = SHIFT tan ( - sin P / tan t + cos P
tan d / sin t ) EXE SHIFT º
’ ”
A O = SHIFT tan ( - sin - 7 º 49 ’ / tan 89 º 49 ’ 32.09 ” + cos - 7 º 49’
tan 9 º 23 ’ 3 33 ” / sin 89 º
49 ’ 32.09 ” ) EXE SHIFT º ’
”
n = 09 º 19 ’ 47.65 ”
Mencari
Azimut Bln( F ) = SHIFT tan ( - sin P /
tan t ☪+ cos
P tan d ☪ / sin t ☪ )
A
’= SHIFT tan ( - sin - 7 º 49 ’ /
tan 87 º 38 ’ 05.35 ” + cos - 7 º 49 ’ tan 3 º 12’ 45.51 ”
/sin 87 º 38 ’ 05.35 ”) EXE SHIFT º ’ ”
/sin 87 º 38 ’ 05.35 ”) EXE SHIFT º ’ ”
= 03 º 30 ’ 22.75 ”
Kedudukan
hilal ( A ) = F ☪– O = - 05 º 49 ’ 24.91”
KESIMPULAN
:
ljtimak
akir bulan = Ramadlon 1432 H
Terjadi
pada = Senin Wage 29
Agustus 2011 M
Jam =
10:05. WIB
Terbenam matahari =
17:32. WIB
Tinggi hilal haqiqi = 01:54.
Tinggi hilal mar’i = 01:47.
Azimut matahari
=
09:20. Di utara titik barat
Azimut hilal = 03:30. Di utara titk barat
Kedudukan hilal
=
05:49. Di selatan matahari
Keadaan hilal = Miring ke selatan
Lama hilal di atas ufuk =
07 Menit
Awal bulan syawal 1432 H = Rabu legi 31 Agustus 2011 M
SEMOGA BERMANFAAT DUNYAN WA UKHRON AMIN