WAKTU SHALAT KEDIRI

Kamis, 17 Mei 2012

HISAB AWAL BULAN


             

SISTEM EPHYMERIS HISAB RU’YAH

PENDAHULUAN
          Penentuan awal bulan hijriah, khususnya awal bulan : Romadlon, Syawal dan Dzul Hijjah merupakan hal yang menarik perhatian semua orang, terutama kalau diprediksikan akan terjadi perbedaan penentuannya. Seperti kasus penentuan awal syawal yang terjadi  di Indonesia pada tahun 1992, 1993, 1994, 1998, 2002 dan 2006 M. Kalau kita perhatikan banyak hal yang mempengaruhi perbedaan penetapannya, antara lain  perbedaan sistem hisab yang di pakai acuannya, disamping berbeda dasar yang di pakai untuk menetapkannya, yakni antara hisab dan ru’yah.
          Ada sekitar 30 buku hisab awal bulan hijriah  yang berkembang di indonesia, diantaranya adalah hisab kontemporer awal bulan sistim EPHYMESIS HISAB DAN RU’YAH  yang akan di bicarakan pada makalah ini. Sistim ini diterbitkan setiap tahun oleh : Departemen Agama RI.    


ISTILAH – ISTILAH
1.     SAAT IJTIMA’
Disebut juga bulan baru (New Moon) adalah peristiwa segaris/sebidangnya pusat Bulan dan pusat Matahari dari pusat Bumi. Dalam astronomi pada saat demikian Bulan dan Matahari memiliki bujur ekliptika atau bujur astronomi yang sama. Posisi demikian ditandai fraksi iluminasi cahaya hilal terhadap cahaya bulan minimum. Pada saat posisi istimewa, yakni bumi, bulan dan matahari segaris ditandai berlangsungnya gerhana matahari di permukaan bumi. Tidak setiap ijtima’ berlangsung gerhana matahari, karena bidang orbit bulan miring sekitar 5,2 derajat busur terhadap bidang ekliptika (bidang orbit bumi mengedari matahari). Selain itu garis perpotongan kedua bidang orbit tersebut bergerak.
Ijtima’ berlangsung pada saat yang bersamaan di seluruh permukaan bumi. Walaupun seringkali dinyatakan dalam waktu lokal atau waktu setempat. Adanya perbedaan waktu lokal di berbagai tempat di muka bumi terjadi akibat perbedaan ketinggian matahari dari pengamat saat berlangsungnya ijtima’. ijtima’ disebut juga dengan konjungsi, Ijtima’ bisa terjadi pada siang hari maupun malam hari.
2.     BUJUR ( طول البلد ) 
Kita ambil bola, langit ban bumi kita anggap sebagai bola. Bola itu kita ikat dengan tali melalui kutub utara dan kutub selatan bola, tali itulah yang di namakan bujur bola. Apabila bola itu kita perbesar seperti bumi, maka tali itu adalah bujur bumi, dan kalau kita perbesar lagi seperti langit, maka tali itu adalah bujur langit. Setiap tali atau garis yang melalui kutub utara sekaligus melalui kutub selatan merupakan garis bujur.
Bujur tempat adalah : jarak suatu tempat, sampai ke garis yang melalui kota Greenwich dekat London ( bujur 0º ), sebelah barat kota Greenwich sampai 180º disebut bujur barat, disebelah timurnya sampai 180º di sebut bujur timur.
3.     LINTANG TEMPAT   (عرض البـــلد)
Lintang tempat adalah: jarak dari katulistiwa sampai ke suatu tempat di muka bumi, diukur sepanjang garis bujur. Katulistiwa adalah lintang 0º. kutub utara lintang + 90º, dan kutub selatan lintang - 90º. Data lintang tempat dan bujur tempat dapat diperoleh dari Almanak, atlas, atau referensi lain yang dapat di percaya. Juga bisa di peroleh dengan memakai alat Global Position Sistim ( GPS ).
4.     EKLIPTIKA
Ekliptika dapat di artikan dengan Lingkaran Zodiak, dalam bahasa arabnya di namakan ( مَنْطِقَة البروج ) yaitu tempat beredarnya bumi mengelilingi matahari, dalam waktu setahun yang di namakan Refolusi Bumi. Arah refolusi bumi ini berlawanan dengan arah jarum jam. Ekliptika ini memotong lingkaran ekuator membentuk sudut 66.5º,
5.     EQUATOR ( KHATULISTIWA )
Lingkaran raksasa yang membelah bola dunia menjadi dua bagian yang sama, yaitu belahan utara dan belahan selatan. Lingkaran tersebut dinamakan Khatulistiwa Bumi, yang dalam bahasa arab di sebut (    خط الاستوء). Apabila lingkaran itu membelah langit di sebut Khatulistiwa langit ( Equator ), dalam bahasa arab disebut ( معدل  النهار  )
6.     ECLIPTIC LONGITUDE ( EL )
 ( EL ) Dikenal dalam bahasa indonesia sebagai Bujur Astronomis, yang dalam bahasa arab disebut ( الطول / التقويم ). yaitu jarak titik pusat benda langit dari titik Vernal equinok  ( titik Aries /الحمــــــل ), Di ukur sepanjang lingkaran Ekliptika. Kalau benda langit itu matahari di sebut Ecliptic longitude matahari ( ELM ), yang dalam bahasa Indonesia di sebut bujur astromomi matahari dan dalam bahasa arab di sebut (طول الشمس), dan jika benda langit tersebut  Bulan maka di sebut Apparent Longitude bulan, yang di kenal sebagai Bujur Astronomis Bulan, dan dalam bahasa arab di sebut (تقويــــم / طول القمـــر)
7.     ASENSIAREKTA
Juga di kenal dengan istilah Apparent Riht Ascensio atau Panjatan Tegak, yang dalam  bahasa arab  ( الصعودالمستقيــــم  /  المطالع البلاديه ). Ini adalah jarak titik pusat benda langit dari titik Vernal equinok  ( titik Aries / الحمـــل ), Di ukur sepanjang lingkaran Equator. Kalau benda langit itu matahari di sebut Asensiarekta Matahari, jika benda langit tersebut  Bulan maka di sebut Asensiarekta Bulan.
8.     DEKLINASI
Jarak titik pusat benda langit, sampai dengan Equator langit, di ukur sepanjang lingkaran waktu, dinamakan Deklinasi. Jika benda langit itu matahari dinamakan Deklinasi matahari ( ميل الشمس / ميل الاول ). Dan kalau benda langit itu Bulan dinamakan Deklinasi bulan (ميل القمر). Deklinasi sebelah utara Equator bernilai positif (+), deklinasi sebelah selatan Equator bernilai negatif (-).
9.     APPARENT LATITUDE
Jarak titik pusat benda langit dari lingkaran ekliptika. jika benda langit itu bulan dinamakan apparent latitude bulan عرض القمر ) (, nilai maksimumnya 5º 8º.nilai positif berarti bulan di utara ekliptika dan nilai negatif berarti bulan di selatan ekliptika.
10.      SUDUT WAKTU
Yaitu sudut yang di bentuk oleh lingkaran deklinasi dengan lingkaran meredian yang melewati suatu benda langit , atau bisa juga diartikan jarak benda langit dari titik kulminasi, diukur sepanjang lintasan hariannya. Apabila benda langit berada dibelahan barat, bernilai positif. Jika berada di belahan timur bernilai negatif. Sudut waktu di sebut juga Hour angle, dalam bahasa arab di sebut ( فضل الدائر ).
11.      SEMI DIAMETER ( Sd )
Kita buat lingkaran, kita ukur titik pusatnya hingga ke tepi lingkaran, hasil pengukuran itu di sebut semi diameter atau jari – jari lingkaran. Kalau lingkaran itu matahari di sebut semi diameter matahari atau (  نصف القطرالشمس ), Kalau lingkaran itu bulan di sebut semi diameter bulan atau (نصف القطرالقمر),
12.      REFRAKSI  ( Ref )
Pembiasan sinar atau refraction (دقا ئق الاختلاف),yaitu perbedaan tinggi benda langit yang terlihat dengan tinggi sebenarnya, akibat adanya pembiasan sinar. Pembiasan itu terjadi karena sinar yang sampai ke mata kita melalui lapisan atmosfir yang berbeda – beda tingkat kerenggangan udaranya. Sehingga posisi setiap benda langit itu lebih tinggi dari yang sebenarnya. Benda langit yang menempati titik zenit / titik atas nilai refraksinya nol, sedangkan pada saat piringan atas benda langit itu bersinggungan dengan ufuk / kaki langit, maka nilai refraksinya 34.5 menit busur.
13.      KETINGGIAN  ( H )
Jikalau kita mengukur titik pusat suatu benda langit sepanjang lingkaran fertikal sampai ke kaki langit, maka dinamakan ketinggian. Dalam bahasa arab disebut (الارتفـــاع). Ketinggian benda langit akan di beri tanda positif apabila di atas ufuk,dan negatif apabila di bawah ufuk.
14.      IRTIFA’UL HILAL MAR’I ( M )
Adalah ketinggian hilal yang dapat di lihat, yaitu ketinggian hakiki yang telah di koreksi dengan refracsi, semi diameter, horisontal parallak dan kerendahan ufuk.
a.     Semi diameter bulan rata – ratanya  0º 16º

Dalam hal ini terjadi  perselisihan di antar para ahli hisab. Apakah Semi diameter bulan untuk di tambahkan atau untuk mengurangi tinggi hilal hakiki. Menurut ahli hisab yang berpendapat semi diameter bulan di tambahkan beralasan: piringan hilal yang terakhir tenggelam adalah bagian atas, karena terjadinya beda azimut, sehingga semi diameter bulan di tambahkan. sedangkan para ahli yang berpendapat semidiameter bulan untuk mengurangi beralasan : Masuknya awal bulan hijriah itu jika hilal sudah nampak di atas ufuk, setelah matahari terbenam pasca ijtima’.penampakan hilal itu pasti piringan yang bagian bawah. Karena bagian itulah yang disinari matahari dan tampak dari bumi, maka semi diameter bulan untuk mengurangi. Sebenarnya perbedaan ini tidak usah terjadi, kalau kita bisa memahami hal dibawah ini.
Hilal itu tergantung pada titik pusatnya terhadap titik pusat matahari. Semakin besar beda azimut kedua benda langit  itu , maka semakin miring kedudukan hilal terhadap ufuk, sehingga semi diameter bulan di tambahkan. kalau beda azimut keduanya kecil, maka piringan hilal yang kelihatan adalah yang bagian bawah, sehingga semidiameter bulan untuk mengurangiLihat gambar                                                            B1                                                 B2



 






                                 MATAHARI

     Pada gambar di atas dapat disimpulkan bahwa titik pusat Bulan di kurangi sebesar semi diameter bulan cos a, a adalah beda azimut. Atau sebaliknya, titik pusat bulan di tambah semi diameter bulan sin a, a adalah beda azimut.

b. Parallak  ( Par ) / beda lihat untuk mengurangi
    Rumusnya : ((semi diameter bulan / .2725 ) cos irtifa’ul hilal hakiki )

     c. Refracsi untuk ditambahkan
Rumusnya : ( .0167 / tan ( tinggi hilal hakiki setelah di koreksi par dan Sd + 7.31 / ( tinggi hilal hakiki setelah di koreksi par dan Sd + 4.4 )))
   d. Kerendahan ufuk di tambahkan
     Rumusnya: .0293 √ ketinggian tempat di atas permukaan air laut dalam satuan meter.
15.AZIMUT ( A )
     Arah benda langit, atau dapat diartikan dengan besarnya suatu sudut yang mengapit titik barat. Bila benda langit berada di utara titik barat bernilai positif dan Bila benda langit berada di selatan titik barat bernilai negatif.

               



SISTIM EPHYMERIS HISAB RU’YAH
OLEH : ALI MUSTOFA  AL – MAISANI
( 085 645 274 534 )

   MARKAZ = KEDIRI                      
                 P = - 7 º 49 ’  LS.    V = 112 º 00 ’  BT    TT = 80 meter
  1. Ijtima’ AWAL  BULAN SYAWAL 1432 H
  FIB Terkecil  = 0.00180                                                         
            Pada Tanggal = 29 Agustus 2011 M Jam = 03 GMT
  JAM FIB GMT            ELM O                        ALB
 A = 03 GMT               155 º 27 ’ 16 ”             155 º 24 ’ 13 ”
  B = 04 GMT               155 º 29 ’ 41 ”             156 º 01 ’ 21 ”
  Sabak / Selisih                0  º 02 ’ 25 ”              0 0 º 37 ’ 08
  IJTIMA’ = JAM FIB + (  ELM – ALB ) / ( SB – SM ) + TIME ZON EXE SHIFT  º  ’  ”  
  IJTIMA’ = 03 + ( 155 º 27 ’ 16 ” – 155 º 24 ’ 13 ” ) /
                              ( 0 º 37 ’ 08 ” – 0 º 02 ’ 25 ” ) + 7 EXE SHIFT  º  ’  ”  
                           = 10 º  05 ’ 16.27 ”
     
  2. Mencari Tinggi, Sudut Waktu dan saat Terbenam Matahari Tanggal 29 Agustus 2011                                                                  
  d O Jam 11.00 GMT   =   9 º 23 ’ 33 ”            Sd O    = 0 º 15 ’ 50.12 ”
  e O Jam 11.00 GMT   = - 0 º 01 ’ 03 ”      Refracsi     = 0 º 34.5                                Dip       =  1.76 √ 80m / 60 EXE SHIFT  º  ’  ” 
              = 0 º 15 ’44.52 ”
           hº = 0 – SD O – Refr – Dip EXE SHIFT  º  ’  ”  
          h º  = 0 -  0 º 15 ’ 50.12 ” – 0 º 34.5 ’ –  0 º 15 ’ 44.52 ” EXE SHIFT  º  ’                                   = - 1 º 6 ’ 04.64 ”
  t º = SHIFT cos ( - tan P tan d O + sin h / cos P  / cos d O )
            EXE SHIFT  º  ’  ”  
 tº = SHIFT cos ( - tan - 7 º 49 ’ tan 9 º 23 ’ 33 ” + sin - 1 º 6 ’ 04.64 ”  / cos - 7  º 49 ’   / cos 9 º 23' 33 ” ) EXE SHIFT  º  ’  ”  
              = 89 º 49 ’ 32.09 ”
  Gh O   = 12 – e + ( 105 + t O – V ) / 15 EXE SHIFT  º  ’  ” 
  Gh O   = 12 –  - 0 º 1 ’ 3 ” + ( 105 + 89 º 49 ’ 32.09 ”– 112  ) / 15 EXE SHIFT  º  ’  ”        
            = 17 º 32 ’ 21.14 ”

 3.    Mencari Asensiorekta Matahari dan Bulan, Deklinasi, Sudut Waktu Bulan, serta   Tinggi Hakiki Bulan
  Gh O GMT             AR O                         AR                      d                                        
      A = 10.00          157 º 31 ’ 52 ”           159 º 26 ’ 04 ”         3 º 20 ’33”
            B = 11.00          157 º 34 ’ 09 ”           160 º 00 ’20 ”          3 º 06 ’06”
            C = Kasrul m        0 º  32 ’ 21.14”        0º 32’21.14”           0º32’21.14
            A– ( A– B ) C 157 º 33 ’5.87             159 º 44 ’32.61       3 º 12 ’ 45.51
  t = AR O –  AR + t O EXE SHIFT  º  ’  ”  
  t = 157 º 33 ’5.87 ” – 159 º 44 ’ 32.61 ” + 89 º 49 ’ 32.09 ” EXE SHIFT  º  ’  ”              8 = 87 º 38 ’ 05.35 ”
  h       = SHIFT sin ( sin P sin d + cos P cos d cos t ) EXE SHIFT  º  ’  ”  
  h       = SHIFT sin ( sin - 7 º 49 ’ sin 3 º 12 ’45.51 ” + cos - 7 º 49 ’ cos 3 º 12 ’   4     5                                45.51 ”     cos 87 º 38 ’ 05.35 ”) EXE SHIFT  º  ’  ”  
               = 01 º 54 ’ 09.02




 4.       Mencari Tinggi Hilal Mar’i, Mukuts, dan saat Hilal terbenam 
              =   1   54 ‘ 09.02 “       Parallak= cos h x Hp (  Jam 10.00 GMT )1 º 00 ’ 30.00 ”  -    paralak = cos  1 º 54 ’ 09.02 ”x 1 º 00 ’ 32 ”
                  =   0   53 ’ 39.00
                  =   0 º 16 ’ 29.60 “+    Sd    = Jam 10 GMT
                  M  =   1 º 10 ’ 08.62 ”                  Refracsi = U = 01º 09’   F = 0 º 20.9’
                 Ref =   0 º 20 ’ 48.51 ” +                               H = 01 º 14’  T = 0 º20.5’
             =   1   30   57.13                         REF             = F - ( F – T ) x ( M – U ) / ( H – U )
              =   0 º 15 ’ 44.52 ”   +             Dip      = 1.76 √ 80m / 60 EXE SHIFT º  ’”  
               h’   =   1 º 46 ’ 41.65 ”  

    Mukuts =  h’ / 15 EXE SHIFT  º  ’  ” 
                       = 01º 46’ 41.65” / 15 EXE SHIFT  º  ’  ” 
                 = 00  º07 ’ 06.78  ’’

 5. Mencari Azimut Matahari  ( O ) = SHIFT tan ( - sin P / tan t + cos P tan d / sin t ) EXE   SHIFT  º  ’  ”  
  A O = SHIFT tan ( - sin - 7 º 49 ’ /  tan 89 º 49 ’ 32.09 ” + cos - 7 º 49’ tan 9 º 23 ’             3                            33 ” / sin 89 º 49 ’ 32.09 ” ) EXE SHIFT  º  ’  ”           
n  09 º 19 ’ 47.65 ”
  Mencari Azimut Bln( F ) = SHIFT tan  ( - sin P / tan t + cos P tan  d /   sin t )
  A  ’= SHIFT tan ( - sin - 7 º 49 ’ /  tan 87 º 38 ’ 05.35 ” + cos - 7 º 49 ’ tan 3 º 12’ 45.51 ” 
                            /sin 87 º 38 ’ 05.35 ”) EXE SHIFT  º  ’  ”                
                            = 03 º 30 ’ 22.75 ”
  Kedudukan hilal ( A ) = F – O = - 05 º 49 ’ 24.91”
           KESIMPULAN :
                ljtimak akir bulan                 = Ramadlon 1432 H
            Terjadi pada                          = Senin Wage 29 Agustus 2011 M
            Jam                                        = 10:05. WIB
Terbenam matahari              = 17:32. WIB
Tinggi hilal haqiqi                 = 01:54.
Tinggi hilal mar’i                   = 01:47.
Azimut matahari                   = 09:20. Di utara titik barat
Azimut hilal                           = 03:30. Di utara titk barat
Kedudukan hilal                    = 05:49. Di selatan matahari
Keadaan hilal                         = Miring ke selatan
Lama hilal di atas ufuk         = 07 Menit
Awal bulan syawal 1432 H   = Rabu legi 31 Agustus 2011 M


SEMOGA BERMANFAAT DUNYAN WA UKHRON AMIN






IN MEMORY 2008




Jadwal Rutinan

oleh mas Rizqi





Senin, 05 Maret 2012

Puasa sariat dan hakikat

Sirrul Assrar dari Syeikh Abdul Qadir Jailani 20/27
20: PUASA SYARIAT DAN PUASA KEROHANIAN
Puasa syariat adalah menahan diri daripada makan, minum dan bersetubuh daripada terbit fajar hinggalah terbenam matahari . Puasa kerohanian selain yang demikian ditambah lagi memelihara pancaindera dan fikiran daripada perkara-perkara yang keji. Ia adalah melepaskan segala yang tidak sesuai, zahir dan batin. Rosak sedikit sahaja niat mengenainya rosaklah puasa rohani. Puasa syariat terikat dengan masa sementara puasa rohani pula berkekalan di dalam kehidupan sementara ini dan kehidupan abadi di akhirat. Inilah puasa yang sebenar.
Nabi s.a.w bersabda, “Ramai orang yang berpuasa tidak mendapat apa-apa daripada puasanya kecuali lapar dan dahaga”. Puasa syariat ada waktu berbuka tetapi puasa rohani berjalan terus walaupun matahari sudah terbenam, walaupun mulut sudah merasakan makanan. Mereka adalah yang menjaga pancaindera dan pemikiran bebas daripada kejahatan dan yang menyakitkan orang lain. Untuk itu Allah telah berjanji, “Puasa adalah amalan untuk-Ku dan Aku yang membalasnya” . Mengenai dua jenis puasa itu Nabi s.a.w bersabda, “Orang yang berpuasa mendapat dua kesukaan. Pertama bila dia berbuka dan kedua bila dia melihat” . Orang yang mengenali zahir agama mengatakan kesukaan yang pertama itu ialah kesukaan ketika berbuka puasa dan ‘kesukaan apabila mereka melihat' itu ialah melihat anak bulan Syawal menandakan hari raya. Orang yang mengetahui makna batin bagi puasa mengatakan kesukaan berbuka puasa ialah apabila seseorang yang beriman itu masuk syurga dan menikmati balasan di dalamnya, dan kesukaan yang lebih lagi ialah ‘apabila melihat', yang bermaksud apabila orang yang beriman melihat Allah dengan mata rahsia bagi hati.
Lebih berharga daripada dua jenis puasa itu ialah puasa yang sebenarnya ( puasa hakikat ), iaitu mengelakkan hati daripada menyembah sesuatu yang lain dari Zat Allah . Ia dilakukan dengan mata hati buta terhadap semua kewujudan, walaupun di dalam alam rahsia di luar daripada alam dunia ini, melainkan kecintaan kepada Allah, kerana walaupun Allah menjadikan segala-galanya untuk manusia, Dia jadikan manusia untuk-Nya, dan Dia berfirman: “Insan adalah rahsia-Ku dan Aku rahsianya” . Rahasia itu ialah cahaya daripada cahaya Allah Yang Maha Suci. Ia adalah pusat atau jantung hati, dijadikan daripada sejenis jisim yang amat seni. Ia adalah roh yang mengetahui segala rahsia-rahsia yang hak. Ia adalah hubungan rahsia di antara yang dicipta dengan Pencipta. Rahsia itu tidak cenderung dan tidak mencintai sesuatu yang lain daripada Allah.
Tidak ada yang berharga untuk diingini, tiada yang dikasihi di dalam dunia ini dan di akhirat, melainkan Allah. Jika satu zarah sahaja daripada sesuatu memasuki hati selain kecintaan kepada Allah, maka batallah puasa hakikat. Seseorang perlu memperbaharuinya, menghadapkan segala kehendak dan niat kembali kepada kecintaan-Nya, di sini dan di akhirat. Firman Allah, “Puasa adalah untuk-Ku dan hanya Aku yang membalasnya”.

Shalawat Tibbul Qulub




"ALLAAHUMMA SHALLI 'ALAA SAYYIDINA MUHAMMADIN TIBBIL QULUUBI WADAWAAIHAA WA'AAFIYATIL ABDAANI WASYIFAAIHAA WANUURIL ABSHAARI WADLIYAAIHAA WAQUWWATIL AJSAADI WAL ARWAAHI WAGHIDAA IHA WA'ALAA AALIHI WASHAHBIHI AJMA'IIN"
Artinya :
Ya Allah curahkanlah rahmat kepada junjungan kita nabi Muhammad SAW, sebagai obat hati dan penyembuhnya, penyehat badan dan kesembuhannya dan sebagai penyinar penglihatan mata  beserta cahayanya dan merupakan makanan pokok jasmani maupun rohani, Semoga sholawat dan salam tercurahkan pula kepada keluarga serta para shahabat-shahabatnya.
Fadhilah dan Khasiat Sholawat Tibbil Qulub :
Untuk menyembuhkan penyakit perut, sholawat ini dibaca 7 x, tiap-tiap satu kali ditiupkan pada satu gelas air kemudian diminum. Atau sholawat ini dibaca 7 x tiap kali membaca dituipkan pada telapak tangan kemudian diusapkan pada perut yang sakit, Insya Allah akan segera sembuh dengan ijin Allah. Untuk hati yang sempit was-was dan bingung alias sumpek bacalah sholawat ini sebanyak-banyaknya, agar kita dijauhkan dari berbagai penyakit bacalah sholawat ini sebagai wirid setelah shalat maktubah (shalat fardlu) Insya Allah akan terhindar dari segala macam penyakit.